KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi robbi yang telah
melimpahkan Rahmad dan hidayat-NYA sehingga penulis dapat melaksanakan tugas
dengan judul Permasalahan dalam
Meningkatkan Profesionalisasi Guru. Sebagai bahan presentasi
mata kuliah profesi kependidikan
Fakultas pendidikan ilmu eksakta dan kesehatan, Jurusan pendidikan
jasmani kesehatan dan rekreasi.
Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makala ini masih jauh dari kata sempurna dan makala ini tidak lepas
dari bimbingan Dr. Atim Subekti, M.Pd.I., M.H.I. sebagai dosen Pembina. Untuk
itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang konstruktif guna
perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya.
Penulis berharap semoga makala ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menambah pengetahuan kita. Dan juga
segala amal kebaikan yang telah di berikan kepada penulis mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.
Malang, 4 Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan
siswa dalam belajar tidak terlepas dari peran aktif guru yang mampu memberi
motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif dan
menggairahkan dan mampu memberi semangat kepada siswa. Di samping itu,
keberhasilan juga ditentukan oleh seberapa besar tujuan belajar dapat dicapai,
yang diukur dari hasil belajar dan dinyatakan sebagai efektivitas belajar.
Dengan demikian Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena
mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya
atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan - tujuan dicapai atau tingkat
pencapaian tujuan (Prokopenko,1987. dalam www.depdiknas.go.id),
Sementara itu
belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan
perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan
sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu
untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu (Bramley,1996
dalam www.depdiknas.go.id).Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas
belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan. Pencapaian tujuan tersebut
berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap
melalui proses pembelajaran.
Mengingat pentingnya waktu, maka kita layak bertanya, sejauh mana
komitmen kita terhadap waktu? Bila kita termasuk orang yang meremehkan waktu,
tidak kecewa saat pertambahan waktu tidak menghasilkan peningkatan kualitas
diri, maka bersiap-siaplah menjadi pecundang dalam hidup.Kita ini telah, sedang, dan akan selalu
berpacu dengan waktu. Satu desah nafas sebanding dengan satu langkah menuju
maut. Alangkah ruginya manakala banyaknya keinginan, melambungnya angan-angan,
serta meluapnya harapan tidak diimbangi dengan meningkatnya kualitas diri.
Maka, siapapun yang bersungguh-sungguh mengisi waktunya dengan kebaikan,
niscaya Allah akan memberikan yang terbaik bagi orang tersebut
Daftar
isi
BAB 1
Pendahuluan
BAB 2 Isi
A. Permasalahan
dalam Meningkatkan Profesionalisasi Guru
a)
Sikap Konservatif Guru
b)
Rendahnya Motivasi Guru
untuk Meningkatkan Kompetensinya
c)
Kurang/Tidak Mengikuti
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
d)
Sarana dan Prasarana yang
Terbatas
B. Alternatif
Upaya Peningkatan Kemampuan Pribadi Guru
BAB
3 Penutup
BAB
II
ISI
A. Permasalahan
dalam Meningkatkan Profesionalisasi Guru
Dalam
mewujudkan tuntutan kemampuan profesionalisasi guru seringkali dihadapkan pada
berbagai permasalahan yang dapat menghambat perwujudannya. Permasalahan yang
dihadapi dalam meningkatkan kemampuan profesional para guru melaksanakan
pembelajaran dapat digolongkan ke dalam dua macam, yaitu permasalahan yang ada
dalam diri guru itu sendiri (internal), dan permasalahan yang ada di luar diri
guru (eksternal). Permasalahan internal menyangkut sikap guru yang masih
konservatif, rendahnya motivasi guru untuk mengembangkan kompetensinya, dan
guru kurang/tidak mengikuti berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan permasalahan eksternal menyangkut sarana dan prasarana
yang terbatas.
a)
Sikap Konservatif Guru
Suatu perubahan
dalam menerapkan ide atau konsep menuntut adanya perubahan dalam pola kerja
pelaksanaan tugas kependidikan. Agar pola kerja itu sesuai, maka perlu pula
dimiliki berbagai kemampuan yang ditunjang oleh wawasan dan pengetahuan baru
yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang hal itu.
Namun hal ini akan mendapatkan hambatan jika guru memiliki sikap konservatif.
Sikap konservatif guru menunjukkan pada tingkah laku guru yang lebih mengarah
pada mempertahankan cara yang biasa dilakukan dari waktu ke waktu dalam
melaksanakan tugas, atau ingin mempertahankan cara lama (konservatif),
mengingat cara yang dipandang baru pada umumnya menuntut berbagai perubahan
dalam pola-pola kerja. Guru-guru yang masih memiliki sikap konservatif, memandang
bahwa tuntutan semacam itu merupakan tambahan beban kerja bagi dirinya.
Guru-guru semacam ini biasanya mengaitkan tuntutan itu dengan kepentingan diri
sendiri semata-mata, tanpa memperdulikan tuntutan yang sebenarnya dari hasil
pelaksanaan tugasnya.
Tumbuhnya
sikap konservatif di kalangan guru, diantaranya dikarenakan oleh adanya
pandangan yang dimiliki guru yang bersangkutan tentang mengajar. Guru yang
berpandangan bahwa mengajar berarti menyampaikan materi pembelajaran, cenderung
untuk bersikap konservatif atau cenderung mempertahankan cara mengajar dengan
hanya sekedar menyampaikan materi pembelajaran. Sebaliknya, guru yang
berpandangan bahwa mengajar adalah upaya memberi kemudahan belajar, selalu
mempertanyakan apakah tugas mengajar yang dilaksanakan sudah berupaya memberi
kemudahan bagi peserta didik untuk belajar. Guru demikian biasanya selalu
melihat hasil belajar peserta didik sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan
tugas. Hasil belajar peserta didik dijadikan balikan untuk menilai keberhasilan
dirinya dalam mengajar. Berdasarkan balikan itu selalu diupayakan untuk
memperbaiki, sehingga kualitas atau mutu keberhasilannya selalu meningkat. Para
guru sepatutnya menyadari, bahwa menduduki jabatan profesional sebagai guru,
tidak semata-mata menuntut pelaksanaan tugas sebagaimana adanya, tetapi juga
memperdulikan apa yang seharusnya dicapai dari pelaksanaan tugasnya. Dengan
adanya keperdulian terhadap apa yang seharusnya dicapai dalam melaksanakan
tugas, dapat diharapkan tumbuh sikap inovatif, yaitu kecenderungan untuk selalu
berupaya memperbaiki hasil yang selama ini telah dicapai, sehingga tugas-tugas
yang menjadi tanggung jawabnya selalu dilaksanakan dan diupayakan untuk selalu
meningkat.
b)
Rendahnya Motivasi Guru untuk Meningkatkan
Kompetensinya
Motivasi untuk
meningkatkan kompetensi melaksanakan tugas profesional sebagai guru bisa muncul
dari dalam diri sendiri atau motivasi yang dirangsang dari luar dirinya.
Motivasi dari dalam diri (intrinsik) seperti keinginan, minat dan ketertarikan
untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan atau
kegiatan akan muncul jika kegiatan yang dilakukan dirasakan mempunyai nilai
intrinsik atau berarti bagi dirinya sendiri.
Hal ini
mempunyai keterkaitan dengan pemenuhan kebutuhan. Jadi, dorongan untuk
meningkatkan kemampuan profesional dapat muncul jika peningkatan kemampuan
tersebut mempuyai dampak terhadap pemenuhan kebutuhan-kebutuhan. Sedangkan
motivasi dari luar diirinya (ekstrinsik) seperti ingin mendapatkan hadiah atau
pengahargaan. Motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri lebih berarti
dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar diri. Motivasi semacam ini
tidak bersifat sementara, dan menjadi prasyarat bagi tumbuhnya upaya
meningkatkan kemampuan. Jika dorongan itu ada, maka rintangan atau hambatan
apapun, serta betapapun beratnya tugas yang dihadapi akan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
c)
Kurang/Tidak
Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dewasa ini
telah banyak dicapai berbagai perkembangan dalam dunia pendidikan yang
bertujuan meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Informasi mengenai hal
itu banyak diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku teks, majalah, jurnal,
pemberitaan berbagai media massa, dan dari hasil teknologi informasi dan komunikasi,
seperti komputer dengan internetnya.. Setiap perkembangan atau kemajuan yang
dicapai merupakan alternatif bagi guru untuk berupaya meningkatkan mutu
pembelajaran yang dilaksanakan. Dari berbagai alternatif itu dapat dipilih
alternatif mana yang akan digunakan. Bagi guru yang mengikuti berbagai
perkembangan dan kemajuan yang dicapai dalam dunia pendidikan, mengikuti
berbagai perkembangan tersebut, merupakan kebutuhan untuk meningkatkan prestasi
kerja. Di samping itu, guru yang bersangkutan pun menganggap bahwa hal semacam
itu merupakan tambahan pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan. Dengan
dibarengi motivasi yang tinggi serta sikap inovatif, berbagai informasi yang
didapat bukan hanya memperkaya alternatif pilihan untuk melaksanakan tugas, tetapi
juga dapat menjadi dasar membuat kreasi dari perpaduan berbagai alternatif,
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan kerjanya. Ini berarti,
dia pun telah memberi sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan dan upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Sebaliknya, bagi guru yang tidak mengikuti
berbagai perkembangan dan kemajuan, beranggapan bahwa semua kemajuan yang
dicapai tidak mempunyai arti, baik bagi dirinya maupun bagi peserta didiknya.
Dengan demikian, dia pun cenderung untuk mempertahankan pula pola kerja yang
selama ini dipegang dan tidak ada upaya untuk meningkatkan kemampuan
profesional dirinya sendiri.
d) Sarana dan Prasarana yang Terbatas
Pendidikan
biasanya menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan mendukung.
Sarana dan prasarana itu tidak harus berupa berbagai peralatan yang canggih,
melainkan disesuaikan dengan kebutuhan yang memungkinkan untuk diwujudkan.
Betapa pun lengkap dan canggihnya sarana yang tersedia, jika masih ada
masalah-masalah seperti gurunya konservatif tidak mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknolgi serta motivasi untuk meningkatkan kinerja lemah, maka
ada kecenderungan pengadaan sarana dan prasarana kurang bermanfaat. Sebaliknya,
jika masalah-masalah itu dapat diatasi, sarana dan prasarananya terbatas, maka
tidak akan mendukung keberhasilan pendidikan atau pembelajaran.
B. Alternatif
Upaya Peningkatan Kemampuan Pribadi Guru
Untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan dalam meningkatkan profesionalisasi guru tersebut,
diantaranya dapat dilakukan dengan menumbuhkan kreativitas guru di lapangan
yang menjadi “ujung tombak” dalam penyelenggaraan pendidikan. Kreativitas
secara umum dipengaruhi kemunculannya oleh adanya berbagai kemampuan yang
dimiliki, sikap dan minat yang positif tinggi pada bidang pekerjaan yang
ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas. Kreativitas guru, bisanya
diartikan sebagai kemampuan menciptakan sesuatu dalam sistem pendidikan atau
proses pembelajaran yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri),
atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai proses pembelajaran yang ada
sehingga menghasilkan bentuk baru.
Dalam praktek
kependidikan, pada umumnya perubahan-perubahan yang terjadi menggunakan
prosedur yang menimbulkan kesan seolah-olah para guru sebagai pelaksana di
lapangan kurang memiliki kreativitas untuk memperbaiki mutu hasil belajar
peserta didiknya. Padahal ada kemungkinan para guru mempuyai ide yang kreatif
yang dapat menjadi sumber berharga bagi upaya peningkatan mutu pendidikan. Guru
adalah orang yang paling mengetahui kondisi dan permasalahan belajar yang
dihadapi oleh para peserta didiknya karena hampir setiap hari berhadapan dengan
mereka. Guru kreatif selalu mencari cara bagaimana agar proses belajar mencapai
hasil sesuai dengan tujuan, serta berupaya menyesuaikan pola-pola tingkah
lakunya dalam mengajar sesuai dengan tuntutan pencapaian tujuan, dengan
mempertimbangkan faktor situasi kondisi belajar peserta didik. Kreativitas yang
demikian, memungkinkan guru yang bersangkutan menemukan bentuk-bentuk mengajar
yang sesuai, terutama dalam memberi bimbingan, rangsangan dorongan, dan arahan
agar peserta didik dapat belajar secara efektif. Tumbuhnya kreativitas di
kalangan para guru memungkinkan terwujudnya ide perubahan dan upaya peningkatan
secara terus menerus, dan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan
masyarakat di mana sekolah berada. Di samping itu, tuntutan untuk meningkatkan
kemampuan profesional pun muncul dari dalam diri sendiri, tanpa menunggu ide
ataupun perintah dari pihak manapun.
BAB III
PENUTUP
Peran guru selaku pembimbing
aktivitas belajar siswa yakni sebagai motifator, inspirator, evaluator
dsb. Peran guru sangat menentukan akan
keberhasilan pembelajaran akan tetapi peran guru saja tidaklah maksimal,
sehingga perlu adanya sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan
pembelajaran yang membutuhkan media, seperti lapangan, laboraturium dsb.
Guru harus berkualitas tinggi keilmuannya,
hal ini diperlukan agar guru mampu menyadarkan siswa terhadap adanya faktor
eksternal yang bersumber dari situasi dan lingkungan melalui proses informasi
yang dapat mempengaruhi persepsi.
Banyaknya hambatan untuk
meningkatkan aktivitas pembelajaran seperti kurangnya tenaga guru yang
berkualitas, kurangnya alat peraga, kurangnya SDM di daerah tersebut, serta
lokasi sekolah yang terpencil.
Faktor-faktor yang menunjang siswa
aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti peran guru yang mampu memberi inspirasi
terhadap siswa akan pentingnya belajar, guru yang mempunyai banyak ide untuk
memajukan para siswa, sarana dan prasarana yang memadai agar siswa bisa
memanfaatkan areal tersebut, apresiasi dari masyarakat juga akan membantu siswa
meningkatkan aktifitas pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Internet,
http://Permasalahan dalam Meningkatkan Profesionalisasi
GuruPermasalahan dalam Meningkatkan Profesionalisasi Guru_files/a.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar