Sabtu, 04 Juni 2011

Anatomi dan lompat jauh

Anatomi berasal dari bahasa Yunani, anatome. Ana berarti menguraikan, tome berarti memotong. Jadi anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur / susunan tubuh dengan jalan memotong dan menguraikan bagian-bagian tubuh. Untuk itu terkadang anatomi disebut juga Ilmu Urai.

Berdasarkan sistem tubuh manusia, anatomi pun dibagi menjadi berbagai macam, yaitu meliputi :

a. Anatomi sistem pernafasan

b. Anatomi sistem kardiovaskuler

c. Anatomi sistem otot

d. Anatomi sistem pencernaan

e. Anatomi sistem tulang

f. Anatomi sistem persendian

g. Anatomi sistem urogenital

h. Anatomi sistem endokrin

i. Anatomi sistem saraf

j. Anatomi sistem ekskresi

Mempelajari anatomi, berarti mempelajari bentuk, letak dan susunan dari organorgan penyusun sistem tersebut. Anatomi sangat penting untuk mahasiswa Fakultas Ilmu KeolahragaanJurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, karena dengan mempelajari ilmu ini mahasiswa dapat lebih mengenal struktur tubuh manusia, yang tentunya dibutuhkan untuk pemahaman matakuliah-matakuliah lain. Matakuliah yang terkait dengan anatomi adalah faal, PP - PPCO, kinesiologi, dan masase.

Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan yang merupakan rangkaian urutan gerakan yang dilakukan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya yang merupakan hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu awalan, dengan daya vertikal yang dihasilkan oleh daya ledak.

Menurut Aip Syaifuddin (1992 : 90) lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

Menurut Yusuf Adi Sasmita (1992 : 65) berpendapat bahwa keempat unsur gerakan yaitu awalan, tolakan, melayang dan mendarat, merupakan suatu kesatuan yaitu urutan gerakan lompatan yang tidak terputus. Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tumpuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin ke sebuah letak pendaratan atau bak lompat. Jarak lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan oleh para pelompat, yaitu gaya jongkok (tuck), gaya menggantung (hand style) dan gaya jalan di udara (walking in the air).

Perbedaan antara gaya lompatan yang satu dengan yang lainnya, ditandai oleh keadaan sikap badan pada waktu melayang di udara (Aip Syaifuddin, 1992 : 93). Jadi mengenai awalan, tumpuan, melayang dan mendarat, bahwa ketiga gaya tersebut prinsipnya sama. Salah satu gaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya jongkok. Disebut gaya jongkok karena gerak dan sikap badan sewaktu di udara menyerupai orang jongkok. (Tamsir Riyadi, 1985 : 98).

Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) bahwa lompat jauh adalah lompat untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya yang mempunyai 4 unsur gerakan yaitu awalan, tolakan, sikap badan ketika di udara, sikap badan saat jatuh atau mendarat.

Tehnik Lompat Jauh

Awalan

Awalan adalah gerakan-gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan/lompatan, jarak awalan yang utr dan umum digunakan oleh para pelompat (atlet) dalam perlombaan lompat jauh adalah : 1) untuk putra 40 – 50 m ; 2) untuk utrid 30 – 45 m. Awalan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya dan jangan merubah langkah saat melakukan tolakan. Untuk awalan pada lompat jauh, jaraknya berbedabeda tergantung dari kemampuan masing-masing. Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) awalan harus dilakukan dengan secepatcepatnya serta jangan merubah langkah pada saat akan melompat. Jarak awalan biasanya 30 – 50 m, sedangkan untuk pemula jarak awalan lebih pendek dari ancerancer tersebut.

Panjang pendekatan jarak biasanya konsisten untuk seorang atlet. Pendekatan dapat bervariasi antara 12 dan 19 langkah di tingkat pemula dan menengah, sementara di tingkat elite mereka lebih dekat dengan antara 20 dan 22 langkah. Jarak yang tepat dan jumlah langkah-langkah dalam pendekatan tergantung pada pengalaman jumper, teknik berlari cepat, dan tingkat pengkondisian. Konsistensi dalam pendekatan sangat penting karena merupakan pesaing tujuan untuk selalu dekat ke bagian depan papan takeoff mungkin tanpa menyeberangi garis dengan setiap bagian dari kaki.

Gambar

Serangkai Pada Saat Melakukan Start Lompat Jauh

Tumpuan / Tolakan

Tumpuan atau tolakan adalah gerakan pada papan tolakan dengan kaki yang terkuat yaitu meneruskan ke kecepatan horisontal ke kekuatan vertikal secara cepat seperti yang dikatakan oleh Aip Syaifuddin (1992 : 91) bahwa tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dapat dilakukan dengan baik dengan kaki kiri ataupun kaki kanan, tergantung kaki mana yang lebih dominan. Setelah kaki depan menumpu secara tepat pada balok tolakan segera diikuti kaki yang lain ke arah depan atas dengan dibantu oleh ayunan lengan searah dengan tolakan.

Mengenai tolakan, Soedarminto dan Soeparman (1993 : 360) mengemukakan sebagai berikut : untuk membantu tolakan keatas, lengan harus diayun keatas dan kaki yang melangkah diayunkan setinggi mungkin (prinsipnya adalah bahwa momentum dari bagian dipindahkan kepada keseluruhan) oleh karena itu kaki tumpu harus sedikit ditekuk.

Gambar

Pada Saat Melakukan Tumpuan

Melayang di udara

Menurut Aip Syaifuddin (1992 : 92 -93) sikap gerakan badan di udara sangat erat hubungannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan, karena pada waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi. Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu menolak harus dilakukan oleh si pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat (khususnya lompat jauh), bahwa kecepatan dan kekuatan tolakan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil tolakan. Tetapi dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan cara-cara melompat maka akan dapat memperbaiki hasil lompatan.

Dalam hal yang sama Yusuf Adi Sasmita (1992 : 68) berpendapat bahwa pada waktu naik, badan harus dapat ditahan dalam keadaan sikap tubuh untuk menjaga keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih sempurna. Kalaupun mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak selama melayang itu tidak menimbulkan perlambatan. Pada lompat jauh, waktu melayang di udara berprinsip pada tiga hal sebagai berikut : 1) bergerak kedepan semakin cepat semakin baik ; 2) menolak secara tepat dan kuat ; 3) adapun gerakan yang dilakukan selama melayang tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan hanya berperan untuk menjaga keseimbangan saja.

Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) sikap badan di udara adalah badan harus diusahakan melayang selama mungkin di udara serta dalam keadaan seimbang dan yang paling penting pada saat melayang ini adalah melawan rotasi putaran yang timbul akibat dari tolakan. Selain itu juga untuk mendapatkan posisi mendarat yang paling ekonomis dan efisien.

Menurut Bernhard (1993 : 83) fase melayang berhubungan langsung dengan perpindahan, karena itu latihan gerakan akhirnya akan terjadi dari lompatan dengan ancang-ancang yang tidak terlalu panjang.

Gambar

Melayang Di udara

Sikap Mendarat

Melakukan pendaratan adalah bagian akhir dari lompat jauh. Keberhasilan dalam lompat jauh terletak pada pendaratan. Pada pendaratan yang mulus akan berpengaruh terhadap jarak, keselamatan dan keindahan. Pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa ke muka dengan jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat, dibantu pula dengan julurantangan ke muka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan, di atas kaki. Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh.

Sedangkan menurut Aip Syaifuddin (1992 : 95) sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk lompat gaya jongkok, gaya menggantung, maupun gaya berjalan di udara adalah sama yaitu pada waktu akan mendarat kedua kaki di bawa ke depan lurus dengan jalan mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan, kemudian mendarat pada kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut dibengkokkan (ditekuk), berat badan dibawa ke depan supaya tidak jatuh ke belakang, kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan. Untuk lebih jelasnya gambar di bawah ini menunjukkan serangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok dari take off sampai sikap mendarat.Hal yang penting disaat mendarat banyak para atlet atau siswa ketika mendarat tidak memperhatikan posisi badan dan pandangan mata yang selalu tertuju pada kondisi pendaratan artinya siswa harus semampu mungkian meraih gerakan pendaran dengan tungkai yang benar-benar maksimal tungkai lurus kedepan.

Gamabar

Serangkaian Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok

Gambar

Sikap Mendarat

Faktor Kondisi Fisik Yang Mempengaruhi Kemampuan Lompat Jauh

Kondisi fisik akan baik apabila komponen-komponen yang ada terpelihara dengan baik. Komponen kondisi fisik menurut M. Sajoto (1988 : 57) meliputi kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan dan reaksi.

Pada lompat jauh gaya jongkok akan dibahas komponen kondisi fisik tentang kecepatan, kekuatan dan daya ledak. Kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan keseimbangan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya (Depdikbud, 1997 : 6).

Sedangkan menurut Suharno HP (1986 : 43) kecepatan adalah kemampuan organisme atlit dalam melakukan gerakan-gerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Kecepatan disini adalah kecepatan lari dalam lompat jauh gaya jongkok yang mana kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari langkah yang dilakukan secara cepat dan tepat. Secara cepat maksudnya setelah lari awalan dalam lompat jauh, bisa mendapatkan lompatan yang jauh, secara tepat maksudnya setelah lari dengan kecepatan tinggi diupayakan lari tumpu dapat jatuh di balok tumpuan. Untuk menghasilkan tolakan yang kuat dan melambung tinggi perlu adanya kekuatan otot tungkai. Kekuatan merupakan unsur penting dan perlu mendapatkan perhatian kekuasaannya dalam melaksanakan program latihan. Maksudnya latihan kekuatan ini hendaknya dilakukan dan mendapatkan porsi latihan yang latihan yang banyak dibanding unsur latihannya.

Kekuatan adalah dasar yang paling penting dalam melatih ketrampilan gerak. Menurut M. Sajoto (1988 : 58) kekuatan diartikan komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang pada saat menggunakan otot-ototnya, menerima beban waktu bekerja. Jadi kekuatan merupakan otot dalam menahan beban dari bekerja motorik dalam waktu tertentu secara maksimal. Dalam lompat jauh unsur kekuatan sangat penting untuk mendapatkan hasil tolakan yang kuat dan benar.

Daya ledak menurut M. Sajoto (1988:58) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum dengan usahanya dikeluarkan dalam waktu sependek-pendeknya. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya otot = kekuatan (force) x kecepatan (velocity). Berdasarkan pendapat para ahli dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan daya ledak otot adalah kombinasi gerakan ini bila dilakukan secara intensif dalam waktu yang singkat akan dapat menimbulkan daya ledak otot yang cukup besar atau kuat dan dapat dikatakan bahwa daya ledak otot tungkai adalah merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menggerakkan kekuatan dengan cepat dalam waktu yang singkat dengan gerakan naik turun (vertikal) dan menggunakan anggota gerak bawah (otot tungkai). Daya ledak ini sangat dibutuhkan dalam lompat jauh terutama pada fase awalan dan tolakan pada rangkaian lompat jauh.

Kekuatan Otot Tungkai

Menurut Harsono (1988 : 179) kontraksi otot dapat digolongkan dalam tiga katagori yaitu: (1) kontraksi isometric, dalam kontraksi isometris otot-otot tidak memanjang atau memendek sehingga tidak tampak suatu gerakan yang nyata atau dengan perkataan lain tidak ada jarak yang ditempuh. Kontraksi ini disebut juga kontraksi statis. (2) kontraksi isotonis, dalam kontraksi isotonis ini akan tampak terjadi suatu gerakan dari anggota-anggota tubuh yang disebabkan memanjang atau memendeknya otot-otot sehingga terdapat perubahan dalam panjang otot. Kontraksi ini disebut juga kontraksi dinamis. (3) kontraksi isokinetis yaitu kontraksi dari kedua kontraksi tersebut.

Kekuatan atau strength adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya menerima beban dalam waktu tertentu (M. Sajoto, 1988:58). Kekuatan otot tungkai yang dimaksud disini adalah kemampuan otot untuk menerima beban dalam waktu bekerja dimana kemampuan tersebut dihasilkan oleh adanya kontraksi otot yang terdapat pada tungkai.

Harsono (1988:77) mengatakan bahwa kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Karena kekuatan merupakan daya penggerak aktifitas fisik dan kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet atau orang dari cidera, selain itu dengan kekuatan atlet akandapat lari dengan cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan efisien, memukul lebih keras, demikian juga dapat membantu memeperkuat sendi-sendi.

Kekuatan otot menurut M. Sajoto (1988:99) adalah komponen kondisi fisik yang dapat ditingkatkan sampai batas sub maksimal, sesuai kebutuhan setiap cabang olahraga yang memerlukan. Faktor-faktor yang harus benar-benar diperhatikan secara matang melalui pembinaan secara dini serta memperhatikan beberapa aspek yang harus meningkatkan prestasi adalah struktur postur tubuh yang meliputi: a) ukuran tinggi dan panjang tubuh, b) ukuran besar, lebar, dan berat tubuh, c) somato tipe (bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy). Dari beberapa pengertian tersebut kekuatan dapat diartikan sebagai kualitas tenaga otot atau sekelompok otot dalam membangun kontraksi secara maksimal untuk mengatasi beban yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Jadi gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tungkai akan menghasilkan gerakan aktifitas seperti menendang, berjalan, melompat, dan lain sebagainya. Dimana gerakan tersebut dibutuhkan dalam melakukan gerakan olahraga terutama cabang olahraga yang dominan menggunakan kaki seperti: sepakbola, pencak silat, bersepeda dan sebagainya. Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Sebagian otot tubuh ini melekat pada kerangka otot yang dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak tertentu. Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapatkan rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis, dingin dan sebagainya.

Syaifuddin (1997:41) mengatakan bahwa dalam keadaan sehari-hari otot dapat bekerja atau berkontrasi menurut pengaruh atau perintah yang akan datang dari susunan saraf motoris. Beberapa otot tungkai yang terlibat dalam kegiatan melompat antara lain: otot tensor fasialata, otot abductor paha, otot gluteus maximus, otot vastus lateralis, otot tibialis anterior, otot rectus femoris, otot gastrocnemus, otot proneus longus, otot soleus , otot digitorum longus, otot paha medial dan lateral.

Tom Gullikson (1998:64) menyebutkan bahwa ada saat melakukan pukulan smash normal kekuatan otot tungkai memberikan dorongan dari bawah pada saat melakukan smash normal. Adapun otot-otot tungkai yang terlibat adalah otot tensor fasilata, otot abduktor paha, otot gluteus maksimus, otot proneus longus, otot sartorius, otot tibialis anterior, otot rektus femoris, otot gastroknemius, otot proneus longus, otot abduktor dan otot paha leteral.

Struktur Otot-otot Tungkai Atas

a. M. Sartorius:

- spina iliaca anterior superior.

- facies medialis tibiae.

Gambar

M. Sartorius

b. M. Quadriceps femoris

- M. rectus femoris: caput rectum: spina iliaca anterior inferior caput obliquum: sedikit diatas acetabulum

- tuberositas tibiae dengan perantaraan lig. Patellae

Gambar

M. Rectus Femoris

c. M. vastus medialis:

- bagian terbawah linea intertrochanterica labium

- mediale, linea aspera pinggir medial urat lekat m. rectus femoris dan patellae

d. M. vastus lateralis

- permukaan depan dan bawah trochanter major

- pinggir lateral urat lekat m. rectus femoris dan patellae

e. M. vastus intermedius:

- permukaan depan dan lateral femur

- urat lekat m. rectus femoris

Gambar

M. vastus medialis M. vastus lateralis dan M. vastus intermedius

f. M. Pectineus:

- pecten ossis pubisfascia pectinea

- linea pectinea femoris

Gambar

M. Pectineus

g. M. Adductor longus:

- ramus superior ossis pubis

- labium medialis linea asperae

Gambar

M. Adductor longus

h. M. Gracillis:

- ramus inferior ossis pubis

- facies mediale Tibiae

Gambar

M. Gracillis

i. M. Adductor brevis:

- ramus inferior ossis pubis

- labium mediale lineae asperae

Gambar

M. Adductor brevis

j. M. Adductor magnus:

- ramus inferior ossis pubisramus inferior ossis ischiituber ischiadicum

- labium mediale linea asperae, condylus medialis femoris

k. M. Adductor minimus:

- ramus inferior ossis pubisramus inferior ossis ischii

- labium mediale linea asperae

Gambar

M. Adductor magnus dan minimus

l. M. Semitendinosus:

- tuber ischiadicum

- facies mediale Tibiae

m. M. Semimembranosus:

- tuber ischiadicum

- simpai sendi lutut

Gambar

M. Semitendinosus dan M. Semimembranosus

n. M. Biceps femoris:

- caput longum: tuber ischiadicum caput breve: labium laterale linea asperae

- caput fibulae (bagian terbesar) condylus lateralis tibiae (bagian kecil)

Gambar

M. Biceps femoris

Kekuatan Otot Punggung

Saat melakukan gerakan smash normal membutuhkan kelentukan pada bonggol bahu serta pada tulang punggung untuk mengasilkan gerakan memutar, hyperextension, penegangan (flexion) serta lateral, sehingga memberikan hentakan pada suatu pukulan. Semakin tinggi tingkat kelentukan bagian-bagian tubuh tersebut, semakin jauh kebelakang mereka mampu menarik tangan dan hasilnya semakin besar momen ada pada lengan saan melakukan pukulan (James A. Baley, 1986:280).

Gambar 5

Struktur Anatomi Otot Punggung

1 komentar: