Rabu, 23 November 2011

Ilmu Gizi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam dunia olah raga, sangat banyak faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangannya dan atlitnya. Salah satu dari faktor tersebut adalah dari cara kita menyajikan makanan atau saat kita sebagai atlit bagaimana cara kita untuk menjaga pola makan kita.

Dalam hal ini, pola makan memang sangat berpengaruh, jika kita tidak bisa mengatur beberapa unsur atau zat makanan pasti banyak hal yang akan terjadi, seperti kebugaran dan penampilan yang menurun dari diri kita. Jadi sebagai atlit atau pengarah (pelatih atau guru) atlit, kita harus bisa mengatur pola makan dan zat-zat apa saja yang baik dan perlu untuk para attlit.

B. BATASAN MASALAH

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari sangat luasnya pembahasan dalam karya ini. Oleh karena itu penulis hanya membatasi tentang “pola makan atlit dan zat-zat yang diperlukan atlit dalam melakukan pemusatan latihan”.

C. TUJUAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis bertujuan menyampaikan atau memberitahukan bahwa dalam pemusatan latihan yang terpenting tidak hanya dalam latihan, melainkan juga dalam pola makan juga yang sangat berpengaruh dalam keadaan tubuh. Selain itu juga sebagai bahan belajar penulis dan pembaca tentang pentingnya pengaturan pola makan bagi atlit serta penulisan karya ini juga sebagai bahan pemenuhan nilai mata kuliah Ilmu Gisi.



BAB II

PEMBAHASAN

A. POLA MAKAN SEHAT UNTUK KEBUGARAN ATLIT

Pola makanan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain, sosial budaya, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa bahkan ras, turut andil didalamnya. Pola makanan bergantung pada jumlah, jenis dan frekuensi. Berbagai cara telah ditempuh oleh manusia sejak berabad-abat yang silam, dengan tujuan untuk mendapatkan makanan yang dapat menguatkan tubuh, serta selalu dapat disimpan dalam waktu lama. Dan lebih spetakuler lagi saat ini berbagai perusahanan makanan mengkaji bagaimana cara membuat makanan menjadi praktis, baik dibawa, disimpan maupun dikonsumsi.

Secara alami pertumbuhan fisik seseorang akan sangat dipengaruhi oleh asupan makanan yang diterimanya. Genetik yang baik untuk seorang kandidat atlit olahraga prestasi tanpa asupan gizi yang baik, pertumbuhan fisiknya tidak akan sempurna. Hal lain yang sangat mempengaruhi perkembangan fisik tersebut adalah aktifitas fisik yang dilakukan sepanjang kehidupannya, apakah itu berupa latihan yang teratur dan terprogram ataupun kegiatan fisik lainnya. Kedua hal ini merupakan faktor pembentuk dasar utama dalam olahraga prestasi (Sidi, 2007)

Bahan makanan bukan semata untuk menghilangkan rasa lapar, akan tetapi makanan tersebut memiliki fungsi yang lain, baik untuk tujuan pengobatan, diet, maupun untuk tujuan – tujuan lainnya. Seperti apa yang dikatakan Soebagyo bahwa sudah sejak lama masyarakat kurang meyakini, dan saat ini seringkali dapat dibuktikan kebenarannya. Ungkapan Hippocrates seperti “Let food be your medicine and medicine be your food” kini kian banyak terbukti.

Bagi atlit nasional Indonesia masalah asupan gizi merupakan tantangan utama. Hal disebabkan kondisi, dimana umumnya mereka datang dari keluarga dengan kemampuan ekonomi menengah kebawah. Pemenuhan makanan sehari-hari untuk pertumbuhan rata-rata masih kurang baik secara kuantitas apalagi kualitas.




BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pola makan yang benar dalam kondisi pemusatan latihan itu bukan yang seperti kita lihat biasanya. Dalam kondisi seperti ini sangat dibutuhkan zat-zat yang sangat komplek dalam pemenuhan pola yang dibutuhkan bagi atlit. Beberapa zat yang sangat dibutuhkan adalah :

1.Zat gizi

2.Karbohidrat

3.Protein

4.Lemak

5.Yogurt

6.Vitamin dan Mineral

dalam poin nomor 6, vitamin dan mineral banyak terdapat dalam buah-buahan, dan mineral juga banyak terdapat dalam air, jadi saat pemusatan latihan kita sangat membutuhkan konsumsi air yang cukup supaya tidak terjadi dehidrasi yang bisa berakibat pada kematian.

Selain beberapa zat diatas, atlit juga membutuhkan suplemen dalam menjaga kebugaran tubuh, akan tetapi, makanan suplemen tidak selalu harus diberikan karena masih lebih baik makanan atau penunjang alami selain itu makanan alami tidak mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh dan makanan alami sangat mudah didapat serta murah.

Jadi kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pola makan sangat berpengaruh dalam menjaga kebugaran dan penampilan atlit. Jika kita salah dalam pola makan ini, kita bisa melihat penurunan pada kebugaran dan penampilan sang atlit.



Daftar Pustaka

Brown, Myrtle L., 1990, Present Knowledge In Nutrition, ILSI Press Washington D.C.

Depkes, 1997, Gizi Olah raga Untuk Prestasi, Jakarta

Howson, Chistopher P., 1998, Prevention of Micronutrient Deficiencies, NA Press Washington D.C.

Lutan, R. 2001. Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Sediaoetama, Achmad Djaeni, 1991, Ilmu Gizi, Dian Rakyat, Jakarta.

Sumosardjuno, S. 1992. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Wahjoedi. 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

The Maintenance of Fluid Balance during Exercise, 1994. International Journal of Sports Medicine, vol. 15(3), pp. 122-125,

The Effect of Different Forms of Fluid Provision on Exercise Performance, 1993. International Journal of Sports Medicine, vol. 14, p. 298.

Sidi, B.D. 2006. Performance Athletes dan Pengalaman Mempersiapkan Atlit, kaitannya dengan Gizi. Prosiding Seminar Nasional Gizi dan Olahraga dengan tema “Peranan Gizi Untuk Meningkatkan Prestasi Olah Raga Bangsa Indonesia”. Prodi Gizi Kesehatan FK-UGM.

Purba, M.B. 2007. Pengaruh Kebiasaan Makan Terhadap Prestasi Atlet Prosiding Seminar Nasional Gizi dan Olahraga dengan tema “Peranan Gizi Untuk Meningkatkan Prestasi Olah Raga Bangsa Indonesia”. Prodi Gizi Kesehatan FK-UGM.






Selasa, 22 November 2011

Ilmu Kepelatihan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi robbi yang telah melimpahkan Rahmad dan hidayat-NYA sehingga penulis dapat melaksanakan tugas pembuatan makala dengan judul PENGERTIAN ILMU KEPELATIHAN DASAR DAN OLAHRAGA.Sebagai bahan presentasi mata kuliah ILMU KEPELATIHAN Fakultas pendidikan ilmu eksakta dan kesehatan, Jurusan pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makala ini masih jauh dari kata sempurna dan makala ini tidak lepas dari bimbingan Drs. Tatok Sugiarto, S.Pd, M.Pdsebagai dosen Pembina. Untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang konstruktif guna perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya.Penulis berharap semoga makala ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menambah pengetahuan kita. Dan juga segala amal kebaikan yang telah di berikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Malang, 18 APRIL 2011

Penulis

Daftar isi

BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………………

BAB 2 Isi……………………………………………………………………

A. Hakikat Dan Ruang Lingkup Pelatihan ……………………………

1. Definisi Pelatihan ………………………………………………

2. Tujuan Dan Ruang Lingkup Pelatihan ………………………....

3. Landasan Sistem Pembinaan Olahraga ………………………...

4. Komponen-Komponen Sistem Latihan ………………………...

B. Latihan …………………….……………………………………….

BAB 3 Penutup…………………………………………………………….

1. Kesimpulan……………………………………………………..

BAB 1 Pendahuluan

Perkembangan dunia olahraga dewasa ini semakin berkembang dan maju. Indonesia merupakan Negara berkembang yang selalu dipertimbangkan dalam percaturan dunia olahraga. Ada cabang-cabang olahraga yang dapat mengharumkan nama bangsa ini, dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan prestasi olahraga tersebut di Negara ini, maka upaya tersebut tidak terlepas dari sumber daya manusia yang menjadikan objek tersebut berkembang. Objek yang dimaksud adalah atlet dan pelatih.
Pelatih merupakan ujung tombak dalam upaya menunjang keberhasilan prestasi olahragawan. Agar atlet mencapai prestasi dengan baik, maka pelatih harus menguasai teori dan metodologi latihan atau prinsip-prinsip melatih, bekal dasar ilmu melatih tersebut merupakan landasan yang berpedoman pada pembinaan dan peningkatan kondisi fisik, beban latihan, meningkatkan keterampilan, teknik, taktik dan strategi.
Ledakan pengetahuan dalam ilmu Kepelatihan telah mencapai yang mengagumkan. Di banyak Pendidikan dasar Universitas mendukung penelitian yang ditujukan untuk meneliti gerakan manusia. Banyak majalah penelitian baru yang diterbitkan untuk menampung jumlah penelitian yang makin banyak yang dihasilkan oleh berbagai ilmu olahraga. Hal yang nampak di tahun akhir-akhir ini, praktik para pelatih telah menampakkan keadaan pengetahuan ilmu kepelatihan.
Pada waktu terdahulu untuk menjadi calon pelatih hanyalah hasrat untuk bekerja dengan olahragawan dan pengetahuan dasar olahraga tertentu. Sekarang pelatih yang berhasil harus memahami prinsip-prinsip ilmu yang bias menerapkan dan menunjukkan penampilan olahragawan. Pada tahun terakhir metode telah di tetapkan pada penelitian olahraga secara meyakinkan. Ribuan ilmuwan yang bekerja di bidang ini dan di Laboratorium di seluruh dunia telah mengadakan penelitian dengan maksud untuk memperjelas pengetahuan kita tentang olahragawan dan factor-faktor yang menentukan tingkat penampilan mereka.
Kebanyakan pelatih yang mapan berpendapat bahwa pelatih yang berhasil itu adalah sebagian seni dan sebagaian lainnya ilmu. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelatihan menuntut kreativitas dan interpretasi mengenai cabang perorangan maupun situasinya.
Kegiatan-kegiatan dalam dasar ilmu kepelatihan merupakan suatu aspek kegiatan dasar manusia bergerak sebagai objek formalnya. Oleh karena untuk mempelajarinya diperlukan ilmu-ilmu penunjang yang ada hubungannya dengan kegiatan kepelatihan seperti : ilmu faal (fisiologi), ilmu urai (anatomi), ilmu jiwa (psikologi), ilmu gizi, ilmu pendidikan, sejarah biomekanik, ilmu social, statistic, cidera olahraga, tes dan pengukuran olahraga, belajar motorik.
Dengan mempelajari ilmu-ilmu penunjang tersebut agar lebih mudah bagi seorang pelatih membahas dan memecahkan permasalahan menyangkut kepelatihan. Permasalahan yang timbul dalam dunia kepelatihan kompleksitasnya sangat tinggi, sebagai contoh apabila sang atlet mempunyai kondisi fisiknya lemah antisipasi seorang pelatih harus meningkatkan kondisi fisik tersebut, dilain sisi akan tertundanya proses latihan teknik, mental dan keterampilan, hal semacam ini dilakukan bersama-sama atau bagian demi bagian dalam proses, disinilah bahwa pelatih juga dapat dikatakan sebagai seniman, yaitu antara memadukan seni latihan fisik dan seni latihan keterampilan. Dan pada akhir semua komponen latihan ini menjadi satu kesatuan pola cara melatih keseluruhan dan menghasilkan prestasi yang optimal.

BAB 2 Isi

A. Hakikat Dan Ruang Lingkup Pelatihan

1. Definisi Pelatihan

Training sebagai proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1988:101)

Rothig (1972) Pelatihan adalah semua upaya yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kemampuan dalam pertandingan olahraga.

Harre (ed., 1982) menjelaskan dalam pengertian luas, pelatihan olahraga adalah keseluruhan proses persiapan yang sistematik bagi atlet untuk mencapai prestasi tinggi.

Pelatihan adalah suatu proses berlatih yang berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah kesukar, teratur, dari sederhana ke yang lebih komplek yang dilakukan secara berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah.

2. Tujuan Dan Ruang Lingkup Pelatihan

• Tujuan utama latihan adalah untuk mengembangkan keterampilan dan performa atlet.

Tujuan latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan yang harus dilatih, yaitu (a) fisik, (b) teknik, (c) taktik, dan (d) mental. (Harsono: 1988).

• Tujuan umum latihan disamping memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan, mencakup pengembangan dan penyempurnaan:

1. fisik secara multilateral

2. fisik secara khusus sesuai dengan cabor

3. teknik cabornya

4. taktik/strategi yang dibutuhkan

5. kualitas kesiapan bertanding

6. persiapan optimal olahraga beregu

7. keadaan kesehatan atlet

8. pengetahuan atlet

3. Landasan Sistem Pembinaan Olahraga

1. Pendidikan Jasmani dan organisasi olahraga Nasional, yang di dalamnya mencakup program pendidikan di sekolah, rekreasi dan klub-klub olahraga, dan struktur organisasi dalam kepemerintahan.

2. Sistem latihan olahraga

4. Komponen-Komponen Sistem Latihan

• Komponen yang langsung mempengaruhi sistem latihan diantaranya: pelaksanaan latihan; penilaian.

• Komponen tidak langsung atau pendukung diantaranya: administrasi, kondisi ekonomi, dan profesionalisme, serta gaya hidup masyarakat.

• Alokasi dan kombinasi cabang olahraga yang tepat mengenai beban latihan. Mencakup kegiatan berlatih dan bertanding.

• Harus ada rasa saling percaya antara pelatih dan atlet atau timnya.

• Pelatihan diarahkan sesuai dengan tuntutan spesifik suatu cabang olahraga.

• Kemajuan prestasi berlangsung tidak dalam garis lurus yang menanjak.

B. LATIHAN

1. Pengertian Latihan

Latihan adalah suatu proses berlatih yang berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah kesukar, teratur, dari sederhana ke yang lebih komplek yang dilakukan secara berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah.

2. Tujuan Latihan

* Olahraga Prestasi Tujuan latihannya adalah untuk meningkatkan prestasi semaksimal mungkin.

* Olahraga Rekreasi Tujuan latihannya adalah pengisian waktu luang.

* Olahraga Kesehatan Tujuan latihannya adalah meningkatkan atau memelihara derajat sehat statis atau pun sehat dinamis.

* Olahraga Pendidikan Tujuan latihannya adalah disesuaikan dengan tujuan kurikulum.

3. Prinsip-Prinsip Latihan

a) Lama latihan

b) Volume latihan

c) Intensitas latihan

d) Kualitas Latihan

e) Beban Lebih (Overload)

f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)

g) Spesialisasi

h) Individualisasi

a) Lama Latihan

* Lama latihan adalah jumlah waktu yang dipakai untuk latihan. Misalnya kita latihan dari jam 14.00 sampai jam 17.00, berarti lama latihan adalah 3 jam.

Yang harus diperhatikan: “. . . as soo as bad features creep into the performance, that particular practice must stop.” (Thomas: 1970).

b) Volume Latihan

* Volume latihan adalah jumlah waktu yang dipakai aktif selama latihan. Misalnya kita latihan dari jam 14.00 sampai jam 17.00, jumlah istirahat selama latihan adalah satu jam.

* Rumusnya adalah

* VL = WA – WI jadi VL = 180’ – 60’

* VL = 120’

c) Intensitas Latihan

* Berat atau ringannya beban latihan yang diberiakan oleh pelatih.

* Cara menghitung intensitas latihan menurut teori Katch dan Mc Ardle (1983):

DNM = 220 – Umur (dalam tahun)

* Takaran intensitas latihan untuk olahraga prestasi adalah 80% - 95%

d) Kualitas Latihan

* Latihan yang berkualitas adalah latihan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan atlet, dan apabila koreksi-koreksi yang konstruktif sering diberikan, apabila pengawasan dilakukan sampai ke detail-detail gerakan, dan apabila prinsip overload diberikan.

* Don’t practice makes perfect, but only perfect practic makes perfect.

e) Beban Lebih (Overload)

* Latihan yang diberikan haruslah lebih berat dari kemampuan yang dimiliki oleh atlet tersebut.

* Harsono (1988) mengatakan: “berapa lama pun kita berlatih, betapa sering pun kita berlatih, atau sampai bagaimana capik pun kita mengulang-ngulang latihan tersebut, kalau tidak menerapkan prinsip beban lebih maka peningkatan prestasi tidak akan dapat dicapai.”

f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)

* Meskipun seseorang pada akhirnya mempunyai satu spesialisasi keterampilan, sebaiknya pada permulaan berlatih dia dilibatkan dalam berbagai aspek kegiatan hal ini dilakukan agar kelak pada masa spesialisasi mempunyai dasar-dasar yang kokoh.

· The multilateral principle should be employed mostly when training children and junior (Bompa, 1994).

g) Spesialisasi

* Spesialisasi berarti mencurahkan segala kemampuan, baik fisik maupun psikis pada satu cabang tertentu.

* Ozolin dalam (Bompa,1988) mengungkapkan: “agar aktivitas-aktivitas motorik yang khusus mempunyai pengaruh yang baik terhadap latihan, maka latihan harus didasarkan kepada dua hal: a) melakukan latihan-latihan yang khas bagi cabang olahraga spesialisasi tersebut; b) melakukan latihan-latihan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan biomotorik yang dibutuhkan oleh cabang olahraga tersebut.”

h) Individualisasi

* Tidak ada dua orang yang rupanya persis sama, dan tidak ada pula dua orang yang secara fisiologis dan psikologis persis sama.

* Kemampuan usaha alet ditentukan oleh:

1. Usia biologis dan kronologis atlet

2. Pengalaman dalam melakukan olahraga

3. Kemampuan kerja dan prestasi individu

4. Status kesehatan

5. Kegiatan diluar latihan

BAB 3 Penutup

1.Kesimpulan

1. Hakikat Dan Ruang Lingkup Pelatihan ,terdiri dari :

· Definisi Pelatihan

· Tujuan Dan Ruang Lingkup Pelatihan

· Landasan Sistem Pembinaan Olahraga

· Komponen-Komponen Sistem Latihan

2. Latihan ,Terdiri dari :

· Pengertian Latihan

· Tujuan Latihan

· Prinsip-Prinsip Latihan :

a) Lama Latihan

b) Volume Latihan

c) Intensitas Latihan

d) Kualitas Latihan

e) Beban Lebih (Overload)

f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)

g) Spesialisasi

h) Individualisasi