Rabu, 12 September 2012

Pisang Bisa Cegah Epidemis HIV







1)           Tahukah anda , Pisang mengandung Lektin yang mampu mengendali       dan mencegah menjangkit nya pirus kedalam tubuh .Lektin dalam pisang cukup efekrif  untuk mencegah epidemis Virus HIV melalui hubungan    seksual;dengan cara mengoleskan pada alat kelamin .
                   Penelitian para ahli menunjukan ,pisang memiliki zat yang berpotensi      menjadi penghambat infeksi Virus HIV.Hasil penemuan ini diharapkan       dapat membuka jendela baru bagi pencegahan infeksi HIV yang hingga kini      belum di temui obat nya.
                   Para peneliti dari Uiniversity of Michgan Medical School tertarik   pada Lektin ,zatkimia yang secara alami yang ada pada tanaman yang     memiliki kemampuan menghantikan rantai reaksi berbagai jenis infeksi.
                   Hasilujian pada Laboratorium menunjukan ,Lektin yang terdapat pada    pisang sama efektif nya dengan obat anti-HIV saat ini.
                   Selain memiliki potensi yang sama dengan obat anti-HIV saat                  ini,Lektin pada pisang juga lebih murah untuk di produksi sebagai obat yang          bisa di jangjau masyarakat luas .
                   Lektin dari pisang ini diyakini lebih efektif apa bila di pakai dalam           komponen obat pencegah Virus –HIV.



                                                                                                                                         

2)             Cara baru untuk menghentikan penyebaran HIV mutlak di perlukan.       Saat ini angka infeksi baru HIV melebihi jumlah individu yang mendapat          obat antiretroviral,yakni 2,5:1.pada hal belum ada tanda-tanda vaksin HIV.

3)             Riset yang di lakukan penelitian dari Uiniversity of Michgan          menujukan cara kerja Lektin yang bisa mengendalikan ,penyerangan dari      luar tubuh seperti virus .selain memiliki potensi yang sama dengan obat anti           HIV yang saat ini .lektin dari pisang ini dapat di yakini lebih efektif apa bila          di pakai dalam komponen obat pencegahan virus yang di oles di alat kelamin .
4)                      Pisang merupakan buah yang sarat gizi ,hamper tidak mengandung lemak dan mudah di cerna.

5)             Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwana kuning ketika   matang ,ada pula beberapa di antaranya yang berwarna jingga,merah    ungu ,atau bahkan hampirhitam.

6)             Menurut dr Natalia Emmy ,spesialis gizi klinik,Poli Gizi RSPAD    Gatot Subroto,piang memiliki kandungan gizi yang sangat baik ,yang   banyak menyediakan energy cukup tinggi di banding dengan buah lain
                                              
                                                     

Profesi Pendidikan

KATA PENGANTAR
            Alhamdulillah  puji syukur kehadirat Illahi robbi yang telah melimpahkan Rahmad dan hidayat-NYA sehingga penulis dapat melaksanakan tugas dengan judul Permasalahan dalam Meningkatkan Profesionalisasi Guru. Sebagai bahan presentasi mata kuliah profesi kependidikan  Fakultas pendidikan ilmu eksakta dan kesehatan, Jurusan pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi.
            Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makala ini masih jauh dari kata sempurna dan makala ini tidak lepas dari bimbingan Dr. Atim Subekti, M.Pd.I., M.H.I. sebagai dosen Pembina. Untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang konstruktif guna perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya.
            Penulis berharap semoga makala ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menambah pengetahuan kita. Dan juga segala amal kebaikan yang telah di berikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. 





                                                                                                Malang, 4 Mei  2011

                                                                                                                       Penulis

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari peran aktif guru yang mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif dan menggairahkan dan mampu memberi semangat kepada siswa. Di samping itu, keberhasilan juga ditentukan oleh seberapa besar tujuan belajar dapat dicapai, yang diukur dari hasil belajar dan dinyatakan sebagai efektivitas belajar. Dengan demikian Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan - tujuan dicapai atau tingkat pencapaian tujuan (Prokopenko,1987. dalam www.depdiknas.go.id),
Sementara itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu (Bramley,1996 dalam www.depdiknas.go.id).Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.
Mengingat pentingnya waktu, maka kita layak bertanya, sejauh mana komitmen kita terhadap waktu? Bila kita termasuk orang yang meremehkan waktu, tidak kecewa saat pertambahan waktu tidak menghasilkan peningkatan kualitas diri, maka bersiap-siaplah menjadi pecundang dalam hidup.Kita ini telah, sedang, dan akan selalu berpacu dengan waktu. Satu desah nafas sebanding dengan satu langkah menuju maut. Alangkah ruginya manakala banyaknya keinginan, melambungnya angan-angan, serta meluapnya harapan tidak diimbangi dengan meningkatnya kualitas diri. Maka, siapapun yang bersungguh-sungguh mengisi waktunya dengan kebaikan, niscaya Allah akan memberikan yang terbaik bagi orang tersebut

Daftar isi
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Isi
A.    Permasalahan dalam Meningkatkan Profesionalisasi Guru
a)      Sikap Konservatif Guru
b)      Rendahnya Motivasi Guru untuk Meningkatkan Kompetensinya
c)      Kurang/Tidak Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
d)     Sarana dan Prasarana yang Terbatas
B.     Alternatif Upaya Peningkatan Kemampuan Pribadi Guru
BAB 3 Penutup










BAB II
ISI
A.    Permasalahan dalam Meningkatkan Profesionalisasi Guru
Dalam mewujudkan tuntutan kemampuan profesionalisasi guru seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan yang dapat menghambat perwujudannya. Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan profesional para guru melaksanakan pembelajaran dapat digolongkan ke dalam dua macam, yaitu permasalahan yang ada dalam diri guru itu sendiri (internal), dan permasalahan yang ada di luar diri guru (eksternal). Permasalahan internal menyangkut sikap guru yang masih konservatif, rendahnya motivasi guru untuk mengembangkan kompetensinya, dan guru kurang/tidak mengikuti berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan permasalahan eksternal menyangkut sarana dan prasarana yang terbatas.
a)      Sikap Konservatif Guru
Suatu perubahan dalam menerapkan ide atau konsep menuntut adanya perubahan dalam pola kerja pelaksanaan tugas kependidikan. Agar pola kerja itu sesuai, maka perlu pula dimiliki berbagai kemampuan yang ditunjang oleh wawasan dan pengetahuan baru yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang hal itu. Namun hal ini akan mendapatkan hambatan jika guru memiliki sikap konservatif. Sikap konservatif guru menunjukkan pada tingkah laku guru yang lebih mengarah pada mempertahankan cara yang biasa dilakukan dari waktu ke waktu dalam melaksanakan tugas, atau ingin mempertahankan cara lama (konservatif), mengingat cara yang dipandang baru pada umumnya menuntut berbagai perubahan dalam pola-pola kerja. Guru-guru yang masih memiliki sikap konservatif, memandang bahwa tuntutan semacam itu merupakan tambahan beban kerja bagi dirinya. Guru-guru semacam ini biasanya mengaitkan tuntutan itu dengan kepentingan diri sendiri semata-mata, tanpa memperdulikan tuntutan yang sebenarnya dari hasil pelaksanaan tugasnya.

Tumbuhnya sikap konservatif di kalangan guru, diantaranya dikarenakan oleh adanya pandangan yang dimiliki guru yang bersangkutan tentang mengajar. Guru yang berpandangan bahwa mengajar berarti menyampaikan materi pembelajaran, cenderung untuk bersikap konservatif atau cenderung mempertahankan cara mengajar dengan hanya sekedar menyampaikan materi pembelajaran. Sebaliknya, guru yang berpandangan bahwa mengajar adalah upaya memberi kemudahan belajar, selalu mempertanyakan apakah tugas mengajar yang dilaksanakan sudah berupaya memberi kemudahan bagi peserta didik untuk belajar. Guru demikian biasanya selalu melihat hasil belajar peserta didik sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan tugas. Hasil belajar peserta didik dijadikan balikan untuk menilai keberhasilan dirinya dalam mengajar. Berdasarkan balikan itu selalu diupayakan untuk memperbaiki, sehingga kualitas atau mutu keberhasilannya selalu meningkat. Para guru sepatutnya menyadari, bahwa menduduki jabatan profesional sebagai guru, tidak semata-mata menuntut pelaksanaan tugas sebagaimana adanya, tetapi juga memperdulikan apa yang seharusnya dicapai dari pelaksanaan tugasnya. Dengan adanya keperdulian terhadap apa yang seharusnya dicapai dalam melaksanakan tugas, dapat diharapkan tumbuh sikap inovatif, yaitu kecenderungan untuk selalu berupaya memperbaiki hasil yang selama ini telah dicapai, sehingga tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya selalu dilaksanakan dan diupayakan untuk selalu meningkat.
b)       Rendahnya Motivasi Guru untuk Meningkatkan Kompetensinya
Motivasi untuk meningkatkan kompetensi melaksanakan tugas profesional sebagai guru bisa muncul dari dalam diri sendiri atau motivasi yang dirangsang dari luar dirinya. Motivasi dari dalam diri (intrinsik) seperti keinginan, minat dan ketertarikan untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan akan muncul jika kegiatan yang dilakukan dirasakan mempunyai nilai intrinsik atau berarti bagi dirinya sendiri.



Hal ini mempunyai keterkaitan dengan pemenuhan kebutuhan. Jadi, dorongan untuk meningkatkan kemampuan profesional dapat muncul jika peningkatan kemampuan tersebut mempuyai dampak terhadap pemenuhan kebutuhan-kebutuhan. Sedangkan motivasi dari luar diirinya (ekstrinsik) seperti ingin mendapatkan hadiah atau pengahargaan. Motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri lebih berarti dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar diri. Motivasi semacam ini tidak bersifat sementara, dan menjadi prasyarat bagi tumbuhnya upaya meningkatkan kemampuan. Jika dorongan itu ada, maka rintangan atau hambatan apapun, serta betapapun beratnya tugas yang dihadapi akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
c)       Kurang/Tidak Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dewasa ini telah banyak dicapai berbagai perkembangan dalam dunia pendidikan yang bertujuan meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Informasi mengenai hal itu banyak diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku teks, majalah, jurnal, pemberitaan berbagai media massa, dan dari hasil teknologi informasi dan komunikasi, seperti komputer dengan internetnya.. Setiap perkembangan atau kemajuan yang dicapai merupakan alternatif bagi guru untuk berupaya meningkatkan mutu pembelajaran yang dilaksanakan. Dari berbagai alternatif itu dapat dipilih alternatif mana yang akan digunakan. Bagi guru yang mengikuti berbagai perkembangan dan kemajuan yang dicapai dalam dunia pendidikan, mengikuti berbagai perkembangan tersebut, merupakan kebutuhan untuk meningkatkan prestasi kerja. Di samping itu, guru yang bersangkutan pun menganggap bahwa hal semacam itu merupakan tambahan pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan. Dengan dibarengi motivasi yang tinggi serta sikap inovatif, berbagai informasi yang didapat bukan hanya memperkaya alternatif pilihan untuk melaksanakan tugas, tetapi juga dapat menjadi dasar membuat kreasi dari perpaduan berbagai alternatif, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan kerjanya. Ini berarti, dia pun telah memberi sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan dan upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sebaliknya, bagi guru yang tidak mengikuti berbagai perkembangan dan kemajuan, beranggapan bahwa semua kemajuan yang dicapai tidak mempunyai arti, baik bagi dirinya maupun bagi peserta didiknya. Dengan demikian, dia pun cenderung untuk mempertahankan pula pola kerja yang selama ini dipegang dan tidak ada upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional dirinya sendiri.
d)      Sarana dan Prasarana yang Terbatas
Pendidikan biasanya menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan mendukung. Sarana dan prasarana itu tidak harus berupa berbagai peralatan yang canggih, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan yang memungkinkan untuk diwujudkan. Betapa pun lengkap dan canggihnya sarana yang tersedia, jika masih ada masalah-masalah seperti gurunya konservatif tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi serta motivasi untuk meningkatkan kinerja lemah, maka ada kecenderungan pengadaan sarana dan prasarana kurang bermanfaat. Sebaliknya, jika masalah-masalah itu dapat diatasi, sarana dan prasarananya terbatas, maka tidak akan mendukung keberhasilan pendidikan atau pembelajaran.
B.     Alternatif Upaya Peningkatan Kemampuan Pribadi Guru
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam meningkatkan profesionalisasi guru tersebut, diantaranya dapat dilakukan dengan menumbuhkan kreativitas guru di lapangan yang menjadi “ujung tombak” dalam penyelenggaraan pendidikan. Kreativitas secara umum dipengaruhi kemunculannya oleh adanya berbagai kemampuan yang dimiliki, sikap dan minat yang positif tinggi pada bidang pekerjaan yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas. Kreativitas guru, bisanya diartikan sebagai kemampuan menciptakan sesuatu dalam sistem pendidikan atau proses pembelajaran yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai proses pembelajaran yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru.
Dalam praktek kependidikan, pada umumnya perubahan-perubahan yang terjadi menggunakan prosedur yang menimbulkan kesan seolah-olah para guru sebagai pelaksana di lapangan kurang memiliki kreativitas untuk memperbaiki mutu hasil belajar peserta didiknya. Padahal ada kemungkinan para guru mempuyai ide yang kreatif yang dapat menjadi sumber berharga bagi upaya peningkatan mutu pendidikan. Guru adalah orang yang paling mengetahui kondisi dan permasalahan belajar yang dihadapi oleh para peserta didiknya karena hampir setiap hari berhadapan dengan mereka. Guru kreatif selalu mencari cara bagaimana agar proses belajar mencapai hasil sesuai dengan tujuan, serta berupaya menyesuaikan pola-pola tingkah lakunya dalam mengajar sesuai dengan tuntutan pencapaian tujuan, dengan mempertimbangkan faktor situasi kondisi belajar peserta didik. Kreativitas yang demikian, memungkinkan guru yang bersangkutan menemukan bentuk-bentuk mengajar yang sesuai, terutama dalam memberi bimbingan, rangsangan dorongan, dan arahan agar peserta didik dapat belajar secara efektif. Tumbuhnya kreativitas di kalangan para guru memungkinkan terwujudnya ide perubahan dan upaya peningkatan secara terus menerus, dan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan masyarakat di mana sekolah berada. Di samping itu, tuntutan untuk meningkatkan kemampuan profesional pun muncul dari dalam diri sendiri, tanpa menunggu ide ataupun perintah dari pihak manapun.















BAB III
PENUTUP
            Peran guru selaku pembimbing aktivitas belajar siswa yakni sebagai motifator, inspirator, evaluator dsb.  Peran guru sangat menentukan akan keberhasilan pembelajaran akan tetapi peran guru saja tidaklah maksimal, sehingga perlu adanya sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan pembelajaran yang membutuhkan media, seperti lapangan, laboraturium dsb.
            Guru harus berkualitas tinggi keilmuannya, hal ini diperlukan agar guru mampu menyadarkan siswa terhadap adanya faktor eksternal yang bersumber dari situasi dan lingkungan melalui proses informasi yang dapat mempengaruhi persepsi.
            Banyaknya hambatan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran seperti kurangnya tenaga guru yang berkualitas, kurangnya alat peraga, kurangnya SDM di daerah tersebut, serta lokasi sekolah yang terpencil.
            Faktor-faktor yang menunjang siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti peran guru yang mampu memberi inspirasi terhadap siswa akan pentingnya belajar, guru yang mempunyai banyak ide untuk memajukan para siswa, sarana dan prasarana yang memadai agar siswa bisa memanfaatkan areal tersebut, apresiasi dari masyarakat juga akan membantu siswa meningkatkan aktifitas pembelajaran.








DAFTAR PUSTAKA

Internet,
http://Permasalahan dalam Meningkatkan Profesionalisasi GuruPermasalahan dalam Meningkatkan Profesionalisasi Guru_files/a.htm